Title : Lost
Author : Alice (FF Cover by Alice)
Cast : Shin Sekyung (Actress),
SHINee member
Genre : Romance
Rating : PG
Length : Chaptered (Part 1)
Author’s
note :
Hello, fella~ Selamat
datang di sister blog dari “Gotcha”, blog khusus untuk FF hasil karya saya,
hihi. Sebenarnya saya sudah sering nulis FF, tapi tahu sendiri kan, virus writer block gampang menular~ Jadinya,
taraaa, banyak FF yang sudah berdebu di Local Disk D:, huhu.
FF kali ini tidak
mungkin jauh-jauh dari SHINee (maklum, bias sendiri, hihi). Setting waktu
cerita diambil pada tahun 2013 kemarin, pas Jonghyun kecelakaan mobil,
kira-kira waktu peluncuran 3rd album Chapter 2 : The Misconception
of You. Sebagian cerita diambil dari realitas kejadian waktu itu, sisanya
terinspirasi dari anime “Another”.
Daripada banyak intro,
langsung baca yuk~ Oh iya, jangan lupa RCL : Read, Comment, Like, plus klik
Google+ juga kalau kalian suka. Thanks for reading! >_<
P.S : Mohon maaf jika banyak salah pengetikan / pengejaan. Typo is art ^-^
∞ Lost ∞
Aroma lemon grass menguar di udara, menyergap penciuman, dan memaksa
seorang pria berambut highlight untuk
menoleh. Ia mengibas-ngibaskan sebelah tangannya untuk menghalau aroma yang
dirasanya aneh itu agar tidak masuk lebih jauh dalam hidungnya.
“Key-goon, kapan kau beli lotion aneh itu?”
“Kemarin.” Jawab Key santai. Melihat
tingkah aneh Jonghyun, mendadak sebuah ide jahil melesat muncul ke permukaan.
Key mengulurkan botol lotion miliknya
sambil terkikik kecil, membuat Jonghyun bergidik dan memukul pelan tangan Key.
“Jauhkan!” Jonghyun menutup hidungnya
dengan kedua tangan sekarang,”Aku tidak menyangka seleramu turun drastis
begini.”
“Oh, memangnya kenapa?” Key mengernyit
tak mengerti. Baginya, aroma dari lotion itu
cukup unik dan sangat cocok untuk dipadu dengan semilir angin musim panas.
Kombinasi antara aroma laut dan kesegaran lemon
grass.
“Bukan apa-apa.” Jawab Jonghyun.
Pria itu membuang muka pada jendela di
samping kanan ranjangnya. Sejenak bibirnya melengkung melukis senyum. Angin
yang bertiup menerbangkan dedaunan berwarna hijau terang, membawanya terbang
dalam gulungan kecil, lalu jatuh pada permukaan tanah yang tertutupi
rerumputan. Beberapa pasien rumah sakit tampak menikmati cuaca hari itu yang
cerah tak berawan, dengan sekedar duduk-duduk pada bangku kayu yang tertata
disana-sini.
Kedua manik mata Jonghyun terus
mengamati halaman samping rumah sakit yang tak seberapa besar itu. Sesosok
wanita berambut panjang kecoklatan tiba-tiba menarik perhatiannya. Jonghyun tak
mengerti betul apa yang wanita itu lakukan. Ia menunduk dalam, dan sedetik
kemudian mengangkat sebuah buku tebal. Mulut Jonghyun membulat seolah mengerti.
“Rupanya ia sedang membaca.” Ucap
Jonghyun lirih.
Jonghyun tetap tidak melepaskan
pandangannya, hingga ketika wanita itu mendongakkan kepalanya dan menatap tepat
pada mata Jonghyun.
Deg.
Jonghyun tidak ingin mengakuinya, tapi
wanita itu mempunyai bola mata yang bulat, seperti boneka, cantik sekali.
Didominasi dengan warna cokelat tipikal khas wanita Asia. Sesuatu terpancar
disana. Entah apa artinya, Jonghyun sendiri pun tidak tahu. Ia hanya merasakan
sesuatu yang tidak mengenakkan, sesuatu yang sangat hampa dan sepi.
“Ada apa?”
Jonghyun hampir saja melonjak dari
duduknya ketika sebuah tangan menepuk pelan pundaknya. Key, sedang berdiri
disampingnya, menatap dengan bingung.
“Bukan apa-apa.” Jawab Jonghyun,”Hanya
saja ada seorang noona yang sangat
cantik disana.”
Kekehan Jonghyun membuat Key kesal. Ia
mengerucutkan bibirnya dan menepuk lagi pundak Jonghyun.
“Sepertinya kau memang sudah sembuh.
Seharusnya dokter bisa memulangkanmu sekarang.” Goda Key. Jonghyun hanya
tersenyum. Memang, nyeri di hidungnya sudah hilang. Dan lagi bekas operasinya
tidak terlihat sama sekali. Jonghyun menerka-nerka apa yang sudah para dokter
lakukan pada hidungnya yang tidak terlalu mencuat itu.
“Mungkin seharusnya aku meminta pada
dokter agar mereka menambah beberapa senti silikon pada hidungku.” Jonghyun
mengerling nakal pada Key yang segera dibalas dengan pukulan.
∞ Lost ∞
“Hm, aku baik-baik saja, Eomma.”
Jonghyun memindahkan ponselnya pada
telinga kanan, sementara tangan kirinya sibuk merogoh saku. Ia mengeluarkan
beberapa lembar uang dan menyerahkannya pada petugas kasir. Setelah tersenyum
dan mengucapkan terima kasih, ia membawa pergi kantung belanjaannya.
“Kapan kau akan pulang?” Tanya sebuah
suara di seberang sana dengan nada cemas.
“Entahlah, aku juga tidak tahu.”
Jonghyun berjalan pelan-pelan menyusuri koridor. Sandal rumah sakit yang
berukuran sedikit besar membuat langkahnya tersaruk-saruk.
“Kau harus banyak beristirahat,
Jonghyun-ssi.” Kata ibunya mengingatkan,”Kau terlalu sibuk akhir-akhir ini.”
“Iya, Eomma, aku tahu itu.” Jonghyun
mengerling malas. Terdengar seperti ibunya memperlakukan ia layaknya anak
kecil.
“Jangan menyetir kalau kau memang
lelah.” Tambah ibunya.
“Aku tahu itu, Eomma.”
Jonghyun berhenti tepat di depan pintu
lift. Kamarnya terletak di lantai tiga. Itu tidak jauh, tapi saat ini ia sedang
malas menggunakan tangga.
“Apa kau masih belum ingat detil
kejadian waktu itu?”
Jonghyun menjauhkan ponselnya beberapa
senti dan menggerutu kecil. Entah mengapa beberapa hari ini ibunya selalu
menanyakan hal yang sama tiap kali menelepon. Apa kau masih belum ingat detil kejadian waktu itu?
“Apa maksud Eomma?”
“Bukankah waktu itu kau sedang menyetir
dan tiba-tiba kau pingsan?”
“Darimana Eomma tahu hal itu?”
“Kau sendiri yang menceritakannya pada
Eomma.” Pekik ibunya pelan,”waktu kau dibawa ke ruang operasi sebelum kau
benar-benar pingsan!”
Baiklah, ini sudah diluar batas.
Jonghyun benar-benar tidak ingat ia pernah melakukan itu. Apa mungkin ibunya
berbohong?
“Kita bicarakan ini lagi nanti. Aku
lelah Eomma.” Kata Jonghyun pasrah. Ia menyerah.
“Hm… Ya, sampai jumpa. Ya, aku
mencintaimu.” Balas Jonghyun malas.
Jonghyun menekan tombol kunci pada samping
ponsel dan menyimpannya dalam saku. Tepat pada saat itu pintu lift terbuka.
Dan Jonghyun sontak mundur beberapa
langkah.
Wanita berambut kecoklatan itu… Ia ada
disana. Berdiri di sudut lift dengan pandangan kosong menatap Jonghyun. Hei,
apakah dia hilang ingatan atau bodoh? Di hari sepanas ini wanita itu malah
membungkus dirinya dengan jas tebal selutut, dipadu dengan sepatu boot tinggi.
Wanita itu berdeham, berhasil membawa
kesadaran Jonghyun kembali.
“Kau mau masuk atau tidak?”
Jonghyun buru-buru mengangguk dan
berjalan tersaruk-saruk ke dalam lift. Jarinya mendadak gemetaran menekan tanda
naik pada dinding samping lift. Tanpa disadarinya, wanita itu diam-diam
memandang punggung Jonghyun dengan tatapan sedih.
Wanita itu berdeham lagi, refleks membuat
Jonghyun bergeser ke samping. Jonghyun baru sadar jika ia berdiri tepat
beberapa senti di depan wanita itu. Pasti hal itu yang sudah mengusiknya. Dalam
hati Jonghyun menggerutu, berharap lift selambat siput ini bergerak lebih
cepat.
“Kau, Jonghyun-ssi, kan?”
∞ Lost ∞
“Kau,
Jonghyun-ssi, kan?”
Tanya Shin Sekyung dengan harap-harap
cemas. Ia bisa merasakan hawa dingin yang menyergap tengkuknya sekarang.
Terlebih pria berbaju khas rumah sakit dihadapannya ini menatap tepat pada
kedua bola matanya dengan pandangan yang menusuk. Sebuah tatapan penuh tanya.
Akhirnya pria itu pun mengangguk.
Setidaknya Sekyung bisa bernafas sedikit lega sekarang.
“Iya, aku adalah Jonghyun Kim.” Pria itu
memiringkan kepalanya sedikit, mencoba menatap Sekyung lebih teliti,”Siapa
kau?”
“Namaku Shin Sekyung. Aku adalah orang
yang kau pandang dengan tidak sopan kemarin.” Jawab Sekyung. Ia ingin terdengar
seperti seorang wanita yang merasa dilecehkan, namun kenyataannya malah
terdengar seperti rajukan anak kecil.
“Oh, maaf, aku tidak sengaja melihatmu…”
kalimat Jonghyun mengambang. Ia menggaruk belakang kepalanya dan tersenyum
masam.
Senyum itu! Ingin rasanya Sekyung
menangis sekarang. Sebuah senyum yang sudah lama ia tunggu-tunggu dalam
penantian panjang selama dua tahun. Walaupun tampaknya hanya seperti sebuah
cengiran saja bagi Sekyung, namun melihatnya secara nyata adalah sebuah
kebahagiaan tersendiri.
“Ehem, apa kau marah padaku?” tanya
Jonghyun mengagetkan Sekyung.
“Tidak!” jawab Sekyung terbata-bata,”Aku
tidak marah.”
“Syukurlah, kukira aku sudah melakukan
perbuatan yang tidak sepantasnya.” Jonghyun lagi-lagi tersenyum. Sekyung
merekamnya baik-baik, dan segera meluruskan jalan pikirannya. Ia harus
menyampaikan sesuatu yang amat penting pada pria itu, sebelum ia pergi.
“Jonghyun-ssi, selamat atas kepulanganmu
hari ini.”
“Eh?” Dahi Jonghyun berkerut tanda ia
bingung,”Apa maksudmu?”
“Hari ini kau sudah boleh pulang dari
rumah sakit.”
Sebuah hening tercipta diantara mereka.
Jonghyun yang kebingungan dengan informasi tiba-tiba dari wanita yang baru saja
ditemuinya, dan Sekyung yang tak tahu harus berkata apa lagi. Denting tanda
lift sudah sampai pada lantai yang mereka tuju berbunyi nyaring, menghapus
begitu saja pertemuan yang baru saja mereka alami. Seperti dikejar sesuatu,
Sekyung segera keluar dari lift itu setelah mengucapkan “sampai jumpa”.
Dan yang tersisa hanya Jonghyun, berdiri
mematung sambil menggenggam erat kantung belanjaannya. Seolah merasakan kembali
perasaan kehilangan yang menghantuinya dua tahun lalu.
∞ Lost ∞
Suara riuh dan denting sendok beradu
dengan piring terdengar dari dalam ruang makan. Wajah-wajah ceria berkumpul
disana. Meja makan dihadapan mereka penuh dengan berbagai macam hidangan, namun
yang paling menarik perhatian adalah sebuah kue tart berukuran sedang tanpa
lilin yang tersaji di tengan meja.
“Maaf, sudah merepotkan kalian selama
ini.” Ucap Kim Jonghyun tulus. Anggota SHINee mendadak tertawa mendengar ucapan
menggelikan itu.
“Ya ampun, Hyung. Kau terdengar seperti
seorang nenek-nenek yang baru saja selesai operasi jantung.” Sindir Choi Minho.
Key yang duduk di samping kanan Jonghyun mengangguk setuju. Ia ingin menimpali
namun mulutnya penuh dengan pasta.
“Tak perlu berterima kasih. Lagipula,
kami juga terpaksa menjengukmu, Hyung.” Tambah Lee Taemin. Kedua tanggapan itu
membuat bibir Jonghyun mengerucut.
“Mereka hanya bercanda, jangan dianggap
serius!” Onew menusuk-nusukkan garpu pada daging steak di piringnya. Beberapa saus menempel di ujung bibirnya.
“Terima kasih atas bantuanmu, Hyung.”
Jonghyun melengos kesal. Namun ia tidak benar-benar sungguh-sungguh
melakukannya. Ia malah merasa senang bisa kembali dalam situasi ini, bersama
dengan teman-teman sekaligus keluarga keduanya.
“Tapi, rasanya sepi juga kalau Jonghyun
Hyung tidak ada.” Celetuk Taemin. Key menjulurkan lidahnya, tanda tak setuju.
“Sudah kuduga, kalian pasti
merindukanku.” Jonghyun terkikik kecil.
“Ya, jangan memujinya seperti itu.
Bisa-bisa hidungnya membesar dan meledak!” Key memukul pelan pundak Jonghyun,
yang dibalas dengan tawa kencang dari keempat anggota lainnya.
Sebentar kemudian mereka sibuk dengan
santapan masing-masing. Jonghyun yang masih dalam masa penyembuhan, merasa
indra pengecapnya masih belum sembuh benar. Ia menyudahi makan malamnya dan
meneguk segelas air hingga tersisa setengah. Kemudian menatap satu-persatu
wajah yang ada disekitarnya dan termenung. Entah kenapa tiba-tiba Jonghyun
teringat pada wanita yang ia temui dalam lift tadi pagi. Wanita bermata sendu,
Shin Sekyung.
“Apa kalian mengenal Shin Sekyung?” tanya
Jonghyun tiba-tiba.
Kontan semua mata tertuju pada Jonghyun.
Minho yang mulanya sibuk mengunyah, kini terhenti dengan rahang terkatup keras.
Key menyeka bulir-bulir keringat dingin yang menetes di pelipis. Reaksi Taemin
dan Onew pun tak jauh berbeda. Semuanya terkejut dengan pertanyaan vokalis
utama mereka.
“Siapa itu?” tanya Key setelah berhasil
mengumpulkan keberanian.
“Aku juga tidak tahu. Tapi, aku bertemu
dengannya di lift tadi pagi dan ia memberitahuku sesuatu.” Jonghyun bersandar
pada punggung kursi dan menerawang menatap langit-langit,”Katanya, mulai hari
ini aku sudah boleh pulang. Aneh, kan? Bagaimana ia bisa tahu hal itu?”
Key menelan air ludah untuk menetralisir
sakit di kerongkongannya. Ia menoleh pada Onew yang duduk di kepala meja, dengan
tatapan bingung sekaligus bertanya. Onew pun juga tak kalah bingung. Garpu di
tangan kirinya tergenggam erat, begitu pula pisau di tangan kanannya. Apa yang
harus ia katakan?
“Aku tidak pernah mendengar nama itu.”
Jawaban yang dilontarkan Taemin seakan
menjadi penyelamat bagi Onew, Key, dan Minho. Mereka mengangguk bersamaan,
mengiyakan kebohongan itu.
“Benarkah?” Jonghyun menggaruk
tengkuknya, masih merasa ganjil dengan jawaban Taemin.
“Untuk apa kami berbohong?” kekeh Key
dengan senyum yang dipaksakan.
“Ya, Key benar.” Balas Onew,”Bagaimana
kalau kau tidur duluan? Bukankah dokter menyuruhmu untuk cukup istirahat, hm?”
Jonghyun mengangguk patuh dan berdiri
dari kursinya, meninggalkan keempat orang lainnya dalam suasana canggung.
Mereka diam-diam menarik napas lega, kemudian mengucapkan selamat tidur untuk
Jonghyun. Nah, perdebatan yang sebenarnya baru akan dimulai. Entah siapa yang
memulai, dalam waktu singkat mereka sudah berpindah ke ruang tengah, dimana
jaraknya lumayan jauh dari jangkauan pendengaran Jonghyun. Rupanya sebuah
pembicaraan rahasia, atau lebih tepatnya, rapat mendadak.
“Baiklah, siapa di antara kita yang
diam-diam sudah memberitahu Jonghyun Hyung tentang hal ini?” tanya Key dengan
nada menghakimi. Ia berdiri sambil bersandar pada dinding, menghadap Onew,
Minho, dan Taemin yang duduk gusar pada sofa.
“Mana mungkin kami berani melakukan itu,
Hyung?” Taemin menopang kepalanya yang tiba-tiba terasa berat dengan kedua
tangan.
“Bagaimana kalau kau secara tidak
sengaja memberitahunya?” kata Minho santai,”Bukankah biasanya kau yang bermulut
ember?”
“Apa katamu?” Mata Key membulat menahan
amarah, tak percaya Minho bisa begitu mudah menuduhnya,”Apa kau sudah gila?
Diantara kita berempat, akulah yang paling menyetujui rencana untuk
menghilangkan wanita itu!”
“Lalu?” tanya Taemin.
“Mana mungkin aku melakukannya!” pekik
Key kesal, sebelum akhirnya ia menutup mulut rapat-rapat, takut jika Jonghyun
mendengarnya.
“Sudah, hentikan!”
Onew akhirnya angkat bicara. Ia mengusap-usap
pelipisnya yang terasa pening, tak tahu bagaimana harus menanggapi celotehan
anggotanya.
“Ada apa, Hyung?” tanya Minho.
“Sepertinya kita sudah bertindak
keterlaluan pada Jonghyun-goon dan Sekyung-ah.” Balas Onew.
“Apa maksudmu, Hyung?” tanya Key tak
percaya.
“Lama-kelamaan ini terdengar konyol,
Key. Coba ingat baik-baik kronologis kecelakaan itu.” Onew mengetuk-ngetuk meja
dihadapannya,”Jonghyun-goon mengendarai mobilnya untuk kembali ke Seoul pada
pukul tiga dini hari. Setelah satu jam perjalanan, mobilnya oleng dan menabrak
pembatas jalan tepat pada bagian depan mobil, menyebabkan hidung Jonghyun
terluka cukup parah. Anehnya, mengapa Sekyung-ah berada di lokasi kejadian pada
waktu itu?”
“Onew Hyung, apa kau sudah lupa?
Bukankah kata tim penyelidik mereka menemukan banyak sidik jari Sekyung-ssi di
mobil Jonghyun Hyung? Bisa dipastikan kalau ia menyelinap dan diam di dalam
mobil sampai waktu yang tepat, lalu mengubah arah setir dan… Bum!” jawab Minho.
Taemin mengangguk kuat-kuat menyetujui pendapat hyung-nya.
“Apa tujuannya menyelinap dalam mobil
Jonghyun?” selidik Onew. Ia menatap kebingungan pada Key.
“Tentu saja karena ia ingin balas dendam
karena berakhirnya hubungan mereka.” Balas Key.
“Ayolah Key, itu ‘kan sudah terjadi dua
tahun yang lalu! Jika memang Sekyung-ah dendam pada Jonghyun-goon, kenapa tidak
melakukannya sejak dulu?” balas Onew tak kalah kuat. Key mengalihkan
pandangannya, sekarang ia juga tidak tahu harus menjawab apa lagi.
“Dan jika Sekyung-ah memang ingin
membalaskan dendamnya, harusnya ia tidak perlu menelepon ambulans waktu itu.”
Gumam Onew.
Keempat pria itu termenung, sibuk dengan
pikirannya masing-masing. Key tahu tindakan mereka terdengar gila, tapi mau
tidak mau ia harus melakukan ini. Ia tidak bisa membiarkan wanita itu mencelakai
Jonghyun lagi. Tidak untuk kesekian kalinya. Lalu, mengapa Sekyung berada
disana pada waktu itu? Apa yang ia lakukan?
“Mungkin sekarang kita bisa
mengembalikan hidup normal Sekyung-ah.” Celetuk Onew, yang langsung dibalas
dengan tatapan sengit Key.
“Aku tidak akan pernah membiarkan hal
itu terjadi!” Key menggeleng kuat-kuat,”Tidak sebelum kita bisa membuktikan
bagaimana kejadian sebenarnya pada kecelakaan itu.”
“Ya, Key Hyung benar.” Taemin mengangguk
lemah,”Untuk sementara waktu kita harus tetap menjadikan Sekyung-ssi sebagai
orang yang dihilangkan.”
“Jangan bertindak bodoh! Apa kalian tahu
akibat dari hal ini?” Onew bangkit dari duduknya dengan rasa kesal,”Tidak ada
satupun media yang mau menjalin kontrak pekerjaan dengannya! Seluruh SHAWOL
berlaku seperti sasaeng fans sekarang, merajam Sekyung setiap kali mereka
bertemu dengannya!”
Onew mengakhiri ucapannya dengan sebuah
tinju berkekuatan penuh pada dinding di dekatnya. Giginya bergemeletuk menahan
amarah yang meletup-letup. Melihat itu, Key, Minho, dan Taemin hanya tertunduk
lemah. Memang kedengarannya kejam, tapi hanya inilah cara terbaik untuk
melindungi Jonghyun.
“Maafkan aku.” Ucap Onew lirih.
Sepertinya ia terlalu berlebihan.
“Untuk sementara, kita tetap harus
menghilangkan Sekyung-ssi.” Kata Key mengendalikan suasana,”Jika ingatan
Jonghyun Hyung kembali, maka kita terpaksa menceritakan yang sebenarnya.”
“Ya, aku setuju.” Minho bangkit dan
beranjak menuju Onew, menepuk-nepuk pundak sang ketua dengan penuh pengertian.
Buk.
Gelas yang digenggam Jonghyun jatuh
merosot dari genggaman. Apa ia tidak salah mendengar? Wanita yang ia temui tadi
pagi adalah orang yang hampir saja membunuhnya? Tapi, mengapa ia merasakan
sesuatu yang aneh saat melihat punggung wanita itu menjauh? Sesuatu seperti
perasaan kehilangan yang mendalam. Apa artinya?
“Tidak, tidak mungkin…” Jonghyun
terkekeh sambil menggeleng.
Ia berbalik perlahan lalu melesat
kembali menuju kamarnya, menutup diri serapat mungkin dengan selimut. Ia
berharap semoga ini hanya mimpi.
∞ To Be Continued ∞