Pages

Minggu, 26 Januari 2014

[FF] Lost - Part 1

Minggu, 26 Januari 2014



Title                 : Lost
Author             : Alice (FF Cover by Alice)
Cast                 : Shin Sekyung (Actress), SHINee member
Genre              : Romance
Rating             : PG
Length             : Chaptered (Part 1)
Author’s note  :
Hello, fella~ Selamat datang di sister blog dari “Gotcha”, blog khusus untuk FF hasil karya saya, hihi. Sebenarnya saya sudah sering nulis FF, tapi tahu sendiri kan, virus writer block gampang menular~ Jadinya, taraaa, banyak FF yang sudah berdebu di Local Disk D:, huhu.
FF kali ini tidak mungkin jauh-jauh dari SHINee (maklum, bias sendiri, hihi). Setting waktu cerita diambil pada tahun 2013 kemarin, pas Jonghyun kecelakaan mobil, kira-kira waktu peluncuran 3rd album Chapter 2 : The Misconception of You. Sebagian cerita diambil dari realitas kejadian waktu itu, sisanya terinspirasi dari anime “Another”.
Daripada banyak intro, langsung baca yuk~ Oh iya, jangan lupa RCL : Read, Comment, Like, plus klik Google+ juga kalau kalian suka. Thanks for reading! >_<
P.S : Mohon maaf jika banyak salah pengetikan / pengejaan. Typo is art ^-^

∞ Lost ∞

Aroma lemon grass menguar di udara, menyergap penciuman, dan memaksa seorang pria berambut highlight untuk menoleh. Ia mengibas-ngibaskan sebelah tangannya untuk menghalau aroma yang dirasanya aneh itu agar tidak masuk lebih jauh dalam hidungnya.
“Key-goon, kapan kau beli lotion aneh itu?”
“Kemarin.” Jawab Key santai. Melihat tingkah aneh Jonghyun, mendadak sebuah ide jahil melesat muncul ke permukaan. Key mengulurkan botol lotion miliknya sambil terkikik kecil, membuat Jonghyun bergidik dan memukul pelan tangan Key.
“Jauhkan!” Jonghyun menutup hidungnya dengan kedua tangan sekarang,”Aku tidak menyangka seleramu turun drastis begini.”
“Oh, memangnya kenapa?” Key mengernyit tak mengerti. Baginya, aroma dari lotion itu cukup unik dan sangat cocok untuk dipadu dengan semilir angin musim panas. Kombinasi antara aroma laut dan kesegaran lemon grass.
“Bukan apa-apa.” Jawab Jonghyun.
Pria itu membuang muka pada jendela di samping kanan ranjangnya. Sejenak bibirnya melengkung melukis senyum. Angin yang bertiup menerbangkan dedaunan berwarna hijau terang, membawanya terbang dalam gulungan kecil, lalu jatuh pada permukaan tanah yang tertutupi rerumputan. Beberapa pasien rumah sakit tampak menikmati cuaca hari itu yang cerah tak berawan, dengan sekedar duduk-duduk pada bangku kayu yang tertata disana-sini.
Kedua manik mata Jonghyun terus mengamati halaman samping rumah sakit yang tak seberapa besar itu. Sesosok wanita berambut panjang kecoklatan tiba-tiba menarik perhatiannya. Jonghyun tak mengerti betul apa yang wanita itu lakukan. Ia menunduk dalam, dan sedetik kemudian mengangkat sebuah buku tebal. Mulut Jonghyun membulat seolah mengerti.
“Rupanya ia sedang membaca.” Ucap Jonghyun lirih.
Jonghyun tetap tidak melepaskan pandangannya, hingga ketika wanita itu mendongakkan kepalanya dan menatap tepat pada mata Jonghyun.
Deg.
Jonghyun tidak ingin mengakuinya, tapi wanita itu mempunyai bola mata yang bulat, seperti boneka, cantik sekali. Didominasi dengan warna cokelat tipikal khas wanita Asia. Sesuatu terpancar disana. Entah apa artinya, Jonghyun sendiri pun tidak tahu. Ia hanya merasakan sesuatu yang tidak mengenakkan, sesuatu yang sangat hampa dan sepi.
“Ada apa?”                                                                                     
Jonghyun hampir saja melonjak dari duduknya ketika sebuah tangan menepuk pelan pundaknya. Key, sedang berdiri disampingnya, menatap dengan bingung.
“Bukan apa-apa.” Jawab Jonghyun,”Hanya saja ada seorang noona yang sangat cantik disana.”
Kekehan Jonghyun membuat Key kesal. Ia mengerucutkan bibirnya dan menepuk lagi pundak Jonghyun.
“Sepertinya kau memang sudah sembuh. Seharusnya dokter bisa memulangkanmu sekarang.” Goda Key. Jonghyun hanya tersenyum. Memang, nyeri di hidungnya sudah hilang. Dan lagi bekas operasinya tidak terlihat sama sekali. Jonghyun menerka-nerka apa yang sudah para dokter lakukan pada hidungnya yang tidak terlalu mencuat itu.
“Mungkin seharusnya aku meminta pada dokter agar mereka menambah beberapa senti silikon pada hidungku.” Jonghyun mengerling nakal pada Key yang segera dibalas dengan pukulan.

∞ Lost ∞

“Hm, aku baik-baik saja, Eomma.”
Jonghyun memindahkan ponselnya pada telinga kanan, sementara tangan kirinya sibuk merogoh saku. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang dan menyerahkannya pada petugas kasir. Setelah tersenyum dan mengucapkan terima kasih, ia membawa pergi kantung belanjaannya.
“Kapan kau akan pulang?” Tanya sebuah suara di seberang sana dengan nada cemas.
“Entahlah, aku juga tidak tahu.” Jonghyun berjalan pelan-pelan menyusuri koridor. Sandal rumah sakit yang berukuran sedikit besar membuat langkahnya tersaruk-saruk.
“Kau harus banyak beristirahat, Jonghyun-ssi.” Kata ibunya mengingatkan,”Kau terlalu sibuk akhir-akhir ini.”
“Iya, Eomma, aku tahu itu.” Jonghyun mengerling malas. Terdengar seperti ibunya memperlakukan ia layaknya anak kecil.
“Jangan menyetir kalau kau memang lelah.” Tambah ibunya.
“Aku tahu itu, Eomma.”
Jonghyun berhenti tepat di depan pintu lift. Kamarnya terletak di lantai tiga. Itu tidak jauh, tapi saat ini ia sedang malas menggunakan tangga.
“Apa kau masih belum ingat detil kejadian waktu itu?”
Jonghyun menjauhkan ponselnya beberapa senti dan menggerutu kecil. Entah mengapa beberapa hari ini ibunya selalu menanyakan hal yang sama tiap kali menelepon. Apa kau masih belum ingat detil kejadian waktu itu?
“Apa maksud Eomma?”
“Bukankah waktu itu kau sedang menyetir dan tiba-tiba kau pingsan?”
“Darimana Eomma tahu hal itu?”
“Kau sendiri yang menceritakannya pada Eomma.” Pekik ibunya pelan,”waktu kau dibawa ke ruang operasi sebelum kau benar-benar pingsan!”
Baiklah, ini sudah diluar batas. Jonghyun benar-benar tidak ingat ia pernah melakukan itu. Apa mungkin ibunya berbohong?
“Kita bicarakan ini lagi nanti. Aku lelah Eomma.” Kata Jonghyun pasrah. Ia menyerah.
“Hm… Ya, sampai jumpa. Ya, aku mencintaimu.” Balas Jonghyun malas.
Jonghyun menekan tombol kunci pada samping ponsel dan menyimpannya dalam saku. Tepat pada saat itu pintu lift terbuka.
Dan Jonghyun sontak mundur beberapa langkah.
Wanita berambut kecoklatan itu… Ia ada disana. Berdiri di sudut lift dengan pandangan kosong menatap Jonghyun. Hei, apakah dia hilang ingatan atau bodoh? Di hari sepanas ini wanita itu malah membungkus dirinya dengan jas tebal selutut, dipadu dengan sepatu boot tinggi.
Wanita itu berdeham, berhasil membawa kesadaran Jonghyun kembali.
“Kau mau masuk atau tidak?”
Jonghyun buru-buru mengangguk dan berjalan tersaruk-saruk ke dalam lift. Jarinya mendadak gemetaran menekan tanda naik pada dinding samping lift. Tanpa disadarinya, wanita itu diam-diam memandang punggung Jonghyun dengan tatapan sedih.
Wanita itu berdeham lagi, refleks membuat Jonghyun bergeser ke samping. Jonghyun baru sadar jika ia berdiri tepat beberapa senti di depan wanita itu. Pasti hal itu yang sudah mengusiknya. Dalam hati Jonghyun menggerutu, berharap lift selambat siput ini bergerak lebih cepat.
“Kau, Jonghyun-ssi, kan?”

∞ Lost ∞

“Kau, Jonghyun-ssi, kan?”
Tanya Shin Sekyung dengan harap-harap cemas. Ia bisa merasakan hawa dingin yang menyergap tengkuknya sekarang. Terlebih pria berbaju khas rumah sakit dihadapannya ini menatap tepat pada kedua bola matanya dengan pandangan yang menusuk. Sebuah tatapan penuh tanya.
Akhirnya pria itu pun mengangguk. Setidaknya Sekyung bisa bernafas sedikit lega sekarang.
“Iya, aku adalah Jonghyun Kim.” Pria itu memiringkan kepalanya sedikit, mencoba menatap Sekyung lebih teliti,”Siapa kau?”
“Namaku Shin Sekyung. Aku adalah orang yang kau pandang dengan tidak sopan kemarin.” Jawab Sekyung. Ia ingin terdengar seperti seorang wanita yang merasa dilecehkan, namun kenyataannya malah terdengar seperti rajukan anak kecil.
“Oh, maaf, aku tidak sengaja melihatmu…” kalimat Jonghyun mengambang. Ia menggaruk belakang kepalanya dan tersenyum masam.
Senyum itu! Ingin rasanya Sekyung menangis sekarang. Sebuah senyum yang sudah lama ia tunggu-tunggu dalam penantian panjang selama dua tahun. Walaupun tampaknya hanya seperti sebuah cengiran saja bagi Sekyung, namun melihatnya secara nyata adalah sebuah kebahagiaan tersendiri.
“Ehem, apa kau marah padaku?” tanya Jonghyun mengagetkan Sekyung.
“Tidak!” jawab Sekyung terbata-bata,”Aku tidak marah.”
“Syukurlah, kukira aku sudah melakukan perbuatan yang tidak sepantasnya.” Jonghyun lagi-lagi tersenyum. Sekyung merekamnya baik-baik, dan segera meluruskan jalan pikirannya. Ia harus menyampaikan sesuatu yang amat penting pada pria itu, sebelum ia pergi.
“Jonghyun-ssi, selamat atas kepulanganmu hari ini.”
“Eh?” Dahi Jonghyun berkerut tanda ia bingung,”Apa maksudmu?”
“Hari ini kau sudah boleh pulang dari rumah sakit.”
Sebuah hening tercipta diantara mereka. Jonghyun yang kebingungan dengan informasi tiba-tiba dari wanita yang baru saja ditemuinya, dan Sekyung yang tak tahu harus berkata apa lagi. Denting tanda lift sudah sampai pada lantai yang mereka tuju berbunyi nyaring, menghapus begitu saja pertemuan yang baru saja mereka alami. Seperti dikejar sesuatu, Sekyung segera keluar dari lift itu setelah mengucapkan “sampai jumpa”.
Dan yang tersisa hanya Jonghyun, berdiri mematung sambil menggenggam erat kantung belanjaannya. Seolah merasakan kembali perasaan kehilangan yang menghantuinya dua tahun lalu.

∞ Lost ∞

Suara riuh dan denting sendok beradu dengan piring terdengar dari dalam ruang makan. Wajah-wajah ceria berkumpul disana. Meja makan dihadapan mereka penuh dengan berbagai macam hidangan, namun yang paling menarik perhatian adalah sebuah kue tart berukuran sedang tanpa lilin yang tersaji di tengan meja.
“Maaf, sudah merepotkan kalian selama ini.” Ucap Kim Jonghyun tulus. Anggota SHINee mendadak tertawa mendengar ucapan menggelikan itu.
“Ya ampun, Hyung. Kau terdengar seperti seorang nenek-nenek yang baru saja selesai operasi jantung.” Sindir Choi Minho. Key yang duduk di samping kanan Jonghyun mengangguk setuju. Ia ingin menimpali namun mulutnya penuh dengan pasta.
“Tak perlu berterima kasih. Lagipula, kami juga terpaksa menjengukmu, Hyung.” Tambah Lee Taemin. Kedua tanggapan itu membuat bibir Jonghyun mengerucut.
“Mereka hanya bercanda, jangan dianggap serius!” Onew menusuk-nusukkan garpu pada daging steak di piringnya. Beberapa saus menempel di ujung bibirnya.
“Terima kasih atas bantuanmu, Hyung.” Jonghyun melengos kesal. Namun ia tidak benar-benar sungguh-sungguh melakukannya. Ia malah merasa senang bisa kembali dalam situasi ini, bersama dengan teman-teman sekaligus keluarga keduanya.
“Tapi, rasanya sepi juga kalau Jonghyun Hyung tidak ada.” Celetuk Taemin. Key menjulurkan lidahnya, tanda tak setuju.
“Sudah kuduga, kalian pasti merindukanku.” Jonghyun terkikik kecil.
“Ya, jangan memujinya seperti itu. Bisa-bisa hidungnya membesar dan meledak!” Key memukul pelan pundak Jonghyun, yang dibalas dengan tawa kencang dari keempat anggota lainnya.
Sebentar kemudian mereka sibuk dengan santapan masing-masing. Jonghyun yang masih dalam masa penyembuhan, merasa indra pengecapnya masih belum sembuh benar. Ia menyudahi makan malamnya dan meneguk segelas air hingga tersisa setengah. Kemudian menatap satu-persatu wajah yang ada disekitarnya dan termenung. Entah kenapa tiba-tiba Jonghyun teringat pada wanita yang ia temui dalam lift tadi pagi. Wanita bermata sendu, Shin Sekyung.
“Apa kalian mengenal Shin Sekyung?” tanya Jonghyun tiba-tiba.
Kontan semua mata tertuju pada Jonghyun. Minho yang mulanya sibuk mengunyah, kini terhenti dengan rahang terkatup keras. Key menyeka bulir-bulir keringat dingin yang menetes di pelipis. Reaksi Taemin dan Onew pun tak jauh berbeda. Semuanya terkejut dengan pertanyaan vokalis utama mereka.
“Siapa itu?” tanya Key setelah berhasil mengumpulkan keberanian.
“Aku juga tidak tahu. Tapi, aku bertemu dengannya di lift tadi pagi dan ia memberitahuku sesuatu.” Jonghyun bersandar pada punggung kursi dan menerawang menatap langit-langit,”Katanya, mulai hari ini aku sudah boleh pulang. Aneh, kan? Bagaimana ia bisa tahu hal itu?”
Key menelan air ludah untuk menetralisir sakit di kerongkongannya. Ia menoleh pada Onew yang duduk di kepala meja, dengan tatapan bingung sekaligus bertanya. Onew pun juga tak kalah bingung. Garpu di tangan kirinya tergenggam erat, begitu pula pisau di tangan kanannya. Apa yang harus ia katakan?
“Aku tidak pernah mendengar nama itu.”
Jawaban yang dilontarkan Taemin seakan menjadi penyelamat bagi Onew, Key, dan Minho. Mereka mengangguk bersamaan, mengiyakan kebohongan itu.
“Benarkah?” Jonghyun menggaruk tengkuknya, masih merasa ganjil dengan jawaban Taemin.
“Untuk apa kami berbohong?” kekeh Key dengan senyum yang dipaksakan.
“Ya, Key benar.” Balas Onew,”Bagaimana kalau kau tidur duluan? Bukankah dokter menyuruhmu untuk cukup istirahat, hm?”
Jonghyun mengangguk patuh dan berdiri dari kursinya, meninggalkan keempat orang lainnya dalam suasana canggung. Mereka diam-diam menarik napas lega, kemudian mengucapkan selamat tidur untuk Jonghyun. Nah, perdebatan yang sebenarnya baru akan dimulai. Entah siapa yang memulai, dalam waktu singkat mereka sudah berpindah ke ruang tengah, dimana jaraknya lumayan jauh dari jangkauan pendengaran Jonghyun. Rupanya sebuah pembicaraan rahasia, atau lebih tepatnya, rapat mendadak.
“Baiklah, siapa di antara kita yang diam-diam sudah memberitahu Jonghyun Hyung tentang hal ini?” tanya Key dengan nada menghakimi. Ia berdiri sambil bersandar pada dinding, menghadap Onew, Minho, dan Taemin yang duduk gusar pada sofa.
“Mana mungkin kami berani melakukan itu, Hyung?” Taemin menopang kepalanya yang tiba-tiba terasa berat dengan kedua tangan.
“Bagaimana kalau kau secara tidak sengaja memberitahunya?” kata Minho santai,”Bukankah biasanya kau yang bermulut ember?”
“Apa katamu?” Mata Key membulat menahan amarah, tak percaya Minho bisa begitu mudah menuduhnya,”Apa kau sudah gila? Diantara kita berempat, akulah yang paling menyetujui rencana untuk menghilangkan wanita itu!”
“Lalu?” tanya Taemin.
“Mana mungkin aku melakukannya!” pekik Key kesal, sebelum akhirnya ia menutup mulut rapat-rapat, takut jika Jonghyun mendengarnya.
“Sudah, hentikan!”
Onew akhirnya angkat bicara. Ia mengusap-usap pelipisnya yang terasa pening, tak tahu bagaimana harus menanggapi celotehan anggotanya.
“Ada apa, Hyung?” tanya Minho.
“Sepertinya kita sudah bertindak keterlaluan pada Jonghyun-goon dan Sekyung-ah.” Balas Onew.
“Apa maksudmu, Hyung?” tanya Key tak percaya.
“Lama-kelamaan ini terdengar konyol, Key. Coba ingat baik-baik kronologis kecelakaan itu.” Onew mengetuk-ngetuk meja dihadapannya,”Jonghyun-goon mengendarai mobilnya untuk kembali ke Seoul pada pukul tiga dini hari. Setelah satu jam perjalanan, mobilnya oleng dan menabrak pembatas jalan tepat pada bagian depan mobil, menyebabkan hidung Jonghyun terluka cukup parah. Anehnya, mengapa Sekyung-ah berada di lokasi kejadian pada waktu itu?”
“Onew Hyung, apa kau sudah lupa? Bukankah kata tim penyelidik mereka menemukan banyak sidik jari Sekyung-ssi di mobil Jonghyun Hyung? Bisa dipastikan kalau ia menyelinap dan diam di dalam mobil sampai waktu yang tepat, lalu mengubah arah setir dan… Bum!” jawab Minho. Taemin mengangguk kuat-kuat menyetujui pendapat hyung-nya.
“Apa tujuannya menyelinap dalam mobil Jonghyun?” selidik Onew. Ia menatap kebingungan pada Key.
“Tentu saja karena ia ingin balas dendam karena berakhirnya hubungan mereka.” Balas Key.
“Ayolah Key, itu ‘kan sudah terjadi dua tahun yang lalu! Jika memang Sekyung-ah dendam pada Jonghyun-goon, kenapa tidak melakukannya sejak dulu?” balas Onew tak kalah kuat. Key mengalihkan pandangannya, sekarang ia juga tidak tahu harus menjawab apa lagi.
“Dan jika Sekyung-ah memang ingin membalaskan dendamnya, harusnya ia tidak perlu menelepon ambulans waktu itu.” Gumam Onew.
Keempat pria itu termenung, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Key tahu tindakan mereka terdengar gila, tapi mau tidak mau ia harus melakukan ini. Ia tidak bisa membiarkan wanita itu mencelakai Jonghyun lagi. Tidak untuk kesekian kalinya. Lalu, mengapa Sekyung berada disana pada waktu itu? Apa yang ia lakukan?
“Mungkin sekarang kita bisa mengembalikan hidup normal Sekyung-ah.” Celetuk Onew, yang langsung dibalas dengan tatapan sengit Key.
“Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi!” Key menggeleng kuat-kuat,”Tidak sebelum kita bisa membuktikan bagaimana kejadian sebenarnya pada kecelakaan itu.”
“Ya, Key Hyung benar.” Taemin mengangguk lemah,”Untuk sementara waktu kita harus tetap menjadikan Sekyung-ssi sebagai orang yang dihilangkan.”
“Jangan bertindak bodoh! Apa kalian tahu akibat dari hal ini?” Onew bangkit dari duduknya dengan rasa kesal,”Tidak ada satupun media yang mau menjalin kontrak pekerjaan dengannya! Seluruh SHAWOL berlaku seperti sasaeng fans sekarang, merajam Sekyung setiap kali mereka bertemu dengannya!”
Onew mengakhiri ucapannya dengan sebuah tinju berkekuatan penuh pada dinding di dekatnya. Giginya bergemeletuk menahan amarah yang meletup-letup. Melihat itu, Key, Minho, dan Taemin hanya tertunduk lemah. Memang kedengarannya kejam, tapi hanya inilah cara terbaik untuk melindungi Jonghyun.
“Maafkan aku.” Ucap Onew lirih. Sepertinya ia terlalu berlebihan.
“Untuk sementara, kita tetap harus menghilangkan Sekyung-ssi.” Kata Key mengendalikan suasana,”Jika ingatan Jonghyun Hyung kembali, maka kita terpaksa menceritakan yang sebenarnya.”
“Ya, aku setuju.” Minho bangkit dan beranjak menuju Onew, menepuk-nepuk pundak sang ketua dengan penuh pengertian.
Buk.
Gelas yang digenggam Jonghyun jatuh merosot dari genggaman. Apa ia tidak salah mendengar? Wanita yang ia temui tadi pagi adalah orang yang hampir saja membunuhnya? Tapi, mengapa ia merasakan sesuatu yang aneh saat melihat punggung wanita itu menjauh? Sesuatu seperti perasaan kehilangan yang mendalam. Apa artinya?
“Tidak, tidak mungkin…” Jonghyun terkekeh sambil menggeleng.
Ia berbalik perlahan lalu melesat kembali menuju kamarnya, menutup diri serapat mungkin dengan selimut. Ia berharap semoga ini hanya mimpi.

∞ To Be Continued ∞
Fairyland © 2014