Pages

Jumat, 17 Oktober 2014

CRUSH - Prolog

Jumat, 17 Oktober 2014

Title : CRUSH
Author : Alice
Cast : Kim Saeron (Actress),  Jeon Jungkook (BTS), Jin Seyeon (Actress), Lee Jongsuk (Actor), etc
Length : Series - Prolog
Genre : Romance, Family, School Life
Rating : PG15
Author’s note :
Hello! Long time no see ^^ Akhirnya ada keberanian lagi untuk upload FF disini. Untuk “Lost”, I’m really sorry~ Lagi writerblock nih, hehe, bingung harus diapakan…
Sebagai permintaan maaf, saya kembali dengan FF baru. Terinspirasi dari film dengan judul sama, semoga kalian suka dengan FF ini. Saya minta maaf sebesar-besarnya jika ada typo, hehe~ ^^
Happy reading!




PROLOG
I’m Sorry but I Love You



“Jongsuk-ah…” katanya dalam nada bergetar.

Tangan gadis itu bergerak tak tentu. Kebimbangan mengambil alih benaknya. Ia tidak yakin apakah yang ia lakukan sekarang ini benar atau tidak. Satu-satunya hal yang ia pikirkan adalah keinginan yang amat kuat untuk memiliki Lee Jongsuk. Dan bagaimanapun caranya, Jongsuk harus berada dalam genggamannya.

Lee Seyeon mengambil napas panjang. Dalam hati, ia meyakinkan dirinya untuk bergegas meraih frame foto Jongsuk yang terletak hanya 5 cm dari tempatnya duduk sekarang. Jongsuk-ah, kemarilah, bisik Seyeon dalam hati.

Berhasil, teriak Seyeon tanpa suara. Matanya membulat lebar. Tampak kilau bahagia terpancar dari sana. Foto Jongsuk semasa SMA berada dalam genggaman Seyeon sekarang. Ia menelan ludahnya.

Sosok Jongsuk sangat sempurna.

Atau bahkan terlalu sempurna, hingga Seyeon tercekat. Kerongkongannya mendadak terasa sakit. Bulir-bulir air mata berjatuhan, menuruni pipinya yang bersemu merah. Mungkin Tuhan sedang menertawakan Seyeon. Salah satu makhluk-Nya menangis hanya karena menatap foto seorang pria. Tapi, Seyeon tidak malu untuk mengakui bahwa ia jatuh terlalu dalam karena pesona Jongsuk.

Ibu jari Seyeon mengusap-usap wajah Jongsuk dalam foto dengan penuh kelembutan, seolah-olah itu benar-benar Jongsuk. Tampan, kau sangat tampan, batinnya. Perlahan, foto itu mendekat pada bibir Seyeon. Jarak diantara keduanya terhapus, menyisakan hingga sejengkal saja. Akal sehat Seyeon hilang entah kemana. Imajinasinya berlari liar.

Jongsuk tengah berdiri dihadapannya, dengan kedua tangan berada dalam saku celana. Dan, senyumnya yang khas membuat pertahanan Seyeon hancur berkeping-keping.

Isak tangis Seyeon bertambah keras. Dalam sepersekian detik, bibir Seyeon menjamah habis tiap inci foto Jongsuk. Napasnya yang hangat bercampur dengan air mata, menghembus permukaan foto itu hingga basah. Lidah Seyeon menjulur, ingin mengecap Jongsuk, walaupun ia tahu ini palsu.

“Ah, Lee Jongsuk…” desah Seyeon pasrah.

“Lee Seyeon! Demi Tuhan, apa yang kau lakukan?”

Suara itu menghentikan aktivitas Seyeon. Ia menatap pada arah datangnya suara. Matanya memicing, mencoba untuk menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk. Seseorang berdiri menghalangi pintu kamar Seyeon.

“Seyeon-ah, kau memakan fotoku?”

Pria itu berjalan mendekat dan mengambil foto dalam genggaman tangan Seyeon. Foto itu sudah tak berbentuk, basah karena tangis dan air liur Seyeon. Mengira ia akan dimarahi, Seyeon bergegas berdiri dan mencengkeram pinggang pria itu.

“Maafkan aku, Jongsuk-ah, aku tidak sengaja.” Seyeon memohon dalam nada parau.

Bukannya marah, Jongsuk justru tertawa ringan. Ia mengusap-usap puncak kepala Seyeon dengan penuh kasih sayang.

“Tidak apa-apa.” Balas Jongsuk.

Hati Seyeon gembira bukan main. Senyum yang baru saja Jongsuk berikan untuknya adalah pemandangan terindah yang ia lihat sejak sepuluh jam terakhir.

Napas Seyeon tiba-tiba tersengal-sengal. Suhu tubuhnya meningkat. Hawa disekitarnya terasa panas. Raut muka Jongsuk dipenuhi dengan kebingungan.

“Ada apa?” tanyanya.

Seyeon hanya menggeleng. Jari-jemarinya bergerak perlahan, menyusuri lekuk tubuh Jongsuk, hingga bermuara pada pipinya. Bibir mungil pria itu merekah di atas dagu dengan garis tegas, sukses menarik perhatian Seyeon. Begitu indah dan… nikmat. Dua kata itu cukup bagi Seyeon untuk mendeskripsikan Jongsuk.

“Jongsuk-ah…”

Kaki-kakinya berjinjit, berusaha untuk mencapai bibir Jongsuk yang terbuka. Seyeon menenggelamkan dirinya pada bibir Jongsuk. Pria itu tidak menolak. Ia justru menarik pinggang Seyeon, membuat keduanya mendesah karena sesuatu dibawah sana berhimpitan. Seyeon mengecup daging lembut itu dengan penuh gairah. Lidahnya bergerak menelusuri tiap sela mulut Jongsuk, mencoba untuk mengingat rasa yang selalu ia temui setiap saat. Kerongkongannya bergerak naik turun, mereguk saliva Jongsuk – yang entah mengapa selalu terasa nikmat – dengan kasar.

Desahan keduanya memenuhi kamar. Jongsuk menggigit-gigit kecil bibir bawah Seyeon, menjadikannya membengkak kemerahan dan Seyeon pun melenguh seksi. Telinga Jongsuk pun memerah mendengar harmoni cinta di antara mereka berdua.

Cukup lama Jongsuk dan Seyeon berciuman, hingga keduanya kehabisan napas. Dengan berat hati, Jongsuk melepaskan ciumannya. Sebuah tali – yang terbuat dari saliva mereka – terbentang melalui lidah keduanya, lalu jatuh dan menetes pada dagu masing-masing. Jongsuk menarik napas panjang. Namun, itu tak berlangsung lama, karena Seyeon masih menginginkannya. Lagi dan lagi.

“Ketika aku jatuh cinta, itu sangat buruk. Aku ingin memilikinya hanya untukku seorang, dan orang lain tak berhak menyentuhnya. Karena ia adalah milikku. Aku bisa gila jika kehilangannya. Maksudku, bukan gila seperti orang tak waras. Tetapi, bertindak diluar kontrol. Sedetik saja ia menghilang, aku bisa mengamuk tak tentu. Dan ketika sadar, aku telah kehilangan kedua kakiku.

Maafkan aku, Jongsuk. Maafkan aku, Saeron.” – Lee Seyeon

***

To Be Continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Fairyland © 2014