Title
: CRUSH
Author
: Alice
Cast
: Kim Saeron (Actress), Jeon Jungkook
(BTS), Jin Seyeon (Actress), Lee Jongsuk (Actor), etc
Length
: Series - Prolog
Genre
: Romance, Family, School Life
Rating
: PG15
Author’s
note :
Hello!
Long time no see ^^ Akhirnya ada keberanian lagi untuk upload FF disini. Untuk “Lost”,
I’m really sorry~ Lagi writerblock nih, hehe, bingung harus diapakan…
Sebagai
permintaan maaf, saya kembali dengan FF baru. Terinspirasi dari film dengan
judul sama, semoga kalian suka dengan FF ini. Saya minta maaf sebesar-besarnya
jika ada typo, hehe~ ^^
Happy reading!
PROLOG
I’m
Sorry but I Love You
“Jongsuk-ah…”
katanya dalam nada bergetar.
Tangan
gadis itu bergerak tak tentu. Kebimbangan mengambil alih benaknya. Ia tidak
yakin apakah yang ia lakukan sekarang ini benar atau tidak. Satu-satunya hal
yang ia pikirkan adalah keinginan yang amat kuat untuk memiliki Lee Jongsuk.
Dan bagaimanapun caranya, Jongsuk harus berada dalam genggamannya.
Lee
Seyeon mengambil napas panjang. Dalam hati, ia meyakinkan dirinya untuk
bergegas meraih frame foto Jongsuk
yang terletak hanya 5 cm dari tempatnya duduk sekarang. Jongsuk-ah, kemarilah,
bisik Seyeon dalam hati.
Berhasil, teriak Seyeon tanpa suara.
Matanya membulat lebar. Tampak kilau bahagia terpancar dari sana. Foto Jongsuk
semasa SMA berada dalam genggaman Seyeon sekarang. Ia menelan ludahnya.
Sosok
Jongsuk sangat sempurna.
Atau
bahkan terlalu sempurna, hingga Seyeon tercekat. Kerongkongannya mendadak
terasa sakit. Bulir-bulir air mata berjatuhan, menuruni pipinya yang bersemu
merah. Mungkin Tuhan sedang menertawakan Seyeon. Salah satu makhluk-Nya
menangis hanya karena menatap foto seorang pria. Tapi, Seyeon tidak malu untuk
mengakui bahwa ia jatuh terlalu dalam karena pesona Jongsuk.
Ibu
jari Seyeon mengusap-usap wajah Jongsuk dalam foto dengan penuh kelembutan, seolah-olah
itu benar-benar Jongsuk. Tampan, kau
sangat tampan, batinnya. Perlahan, foto itu mendekat pada bibir Seyeon.
Jarak diantara keduanya terhapus, menyisakan hingga sejengkal saja. Akal sehat
Seyeon hilang entah kemana. Imajinasinya berlari liar.
Jongsuk
tengah berdiri dihadapannya, dengan kedua tangan berada dalam saku celana. Dan,
senyumnya yang khas membuat pertahanan Seyeon hancur berkeping-keping.
Isak
tangis Seyeon bertambah keras. Dalam sepersekian detik, bibir Seyeon menjamah
habis tiap inci foto Jongsuk. Napasnya yang hangat bercampur dengan air mata,
menghembus permukaan foto itu hingga basah. Lidah Seyeon menjulur, ingin
mengecap Jongsuk, walaupun ia tahu ini palsu.
“Ah,
Lee Jongsuk…” desah Seyeon pasrah.
“Lee
Seyeon! Demi Tuhan, apa yang kau lakukan?”
Suara
itu menghentikan aktivitas Seyeon. Ia menatap pada arah datangnya suara.
Matanya memicing, mencoba untuk menyesuaikan diri dengan cahaya yang masuk.
Seseorang berdiri menghalangi pintu kamar Seyeon.
“Seyeon-ah,
kau memakan fotoku?”
Pria
itu berjalan mendekat dan mengambil foto dalam genggaman tangan Seyeon. Foto
itu sudah tak berbentuk, basah karena tangis dan air liur Seyeon. Mengira ia
akan dimarahi, Seyeon bergegas berdiri dan mencengkeram pinggang pria itu.
“Maafkan
aku, Jongsuk-ah, aku tidak sengaja.” Seyeon memohon dalam nada parau.
Bukannya
marah, Jongsuk justru tertawa ringan. Ia mengusap-usap puncak kepala Seyeon
dengan penuh kasih sayang.
“Tidak
apa-apa.” Balas Jongsuk.
Hati
Seyeon gembira bukan main. Senyum yang baru saja Jongsuk berikan untuknya
adalah pemandangan terindah yang ia lihat sejak sepuluh jam terakhir.
Napas
Seyeon tiba-tiba tersengal-sengal. Suhu tubuhnya meningkat. Hawa disekitarnya
terasa panas. Raut muka Jongsuk dipenuhi dengan kebingungan.
“Ada
apa?” tanyanya.
Seyeon
hanya menggeleng. Jari-jemarinya bergerak perlahan, menyusuri lekuk tubuh
Jongsuk, hingga bermuara pada pipinya. Bibir mungil pria itu merekah di atas
dagu dengan garis tegas, sukses menarik perhatian Seyeon. Begitu indah dan…
nikmat. Dua kata itu cukup bagi Seyeon untuk mendeskripsikan Jongsuk.
“Jongsuk-ah…”
Kaki-kakinya
berjinjit, berusaha untuk mencapai bibir Jongsuk yang terbuka. Seyeon
menenggelamkan dirinya pada bibir Jongsuk. Pria itu tidak menolak. Ia justru
menarik pinggang Seyeon, membuat keduanya mendesah karena sesuatu dibawah sana
berhimpitan. Seyeon mengecup daging lembut itu dengan penuh gairah. Lidahnya
bergerak menelusuri tiap sela mulut Jongsuk, mencoba untuk mengingat rasa yang
selalu ia temui setiap saat. Kerongkongannya bergerak naik turun, mereguk
saliva Jongsuk – yang entah mengapa selalu terasa nikmat – dengan kasar.
Desahan
keduanya memenuhi kamar. Jongsuk menggigit-gigit kecil bibir bawah Seyeon,
menjadikannya membengkak kemerahan dan Seyeon pun melenguh seksi. Telinga
Jongsuk pun memerah mendengar harmoni cinta di antara mereka berdua.
Cukup
lama Jongsuk dan Seyeon berciuman, hingga keduanya kehabisan napas. Dengan
berat hati, Jongsuk melepaskan ciumannya. Sebuah tali – yang terbuat dari
saliva mereka – terbentang melalui lidah keduanya, lalu jatuh dan menetes pada
dagu masing-masing. Jongsuk menarik napas panjang. Namun, itu tak berlangsung
lama, karena Seyeon masih menginginkannya. Lagi dan lagi.
“Ketika aku jatuh cinta, itu
sangat buruk. Aku ingin memilikinya hanya untukku seorang, dan orang lain tak
berhak menyentuhnya. Karena ia adalah milikku. Aku bisa gila jika
kehilangannya. Maksudku, bukan gila seperti orang tak waras. Tetapi, bertindak
diluar kontrol. Sedetik saja ia menghilang, aku bisa mengamuk tak tentu. Dan
ketika sadar, aku telah kehilangan kedua kakiku.
Maafkan aku, Jongsuk. Maafkan
aku, Saeron.” – Lee Seyeon
***
To Be Continued
Tidak ada komentar:
Posting Komentar